Stunting Masih Merupakan Masalah di Nusa Tenggara Timur

- 13 Mei 2022, 09:56 WIB
Maria Yenilodia Nahak
Maria Yenilodia Nahak /Mahasiswa Unair/Asal Malaka-NTT

Pada tahun 2018 angka prevalensi stunting sebesar 30,8 persen, kemudian mengalami penurunan tahun 2019 menjadi 27,7 persen. Angka prevalensi stunting terus turun hingga tahun 2021 menjadi 24,4 persen. Namun masih di atas angka dunia 22 persen.

Walaupun angka prevalensi stunting mengalami penurunan, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk menekan kasus kurang gizi yang dapat menyebabkan stunting.

Baca Juga: Gandeng Komisi IX DPR RI, BPOM Kupang Sosialisasi KIE di Lewoleba-Lembata

Angka prevalensi stunting yang mencapai 24,4 persen tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Jika dikaitkan dengan target pemerintah tahun 2024 sebesar 14 persen, maka pemerintah bersama masyarakat harus berupaya lebih giat lagi agar target tersebut dapat tercapai.

Upaya Mencegah Stunting

Untuk mencapai target tersebut, angka stunting harus turun minimal 3,47 persen per tahun, bukan suatu hal yang mudah.

Baca Juga: Andre Garu Angkat Bicara Sektor Pariwisata di Matim Salah satunya Infrastruktur

Agar penurunan angka stunting lebih cepat, pemerintah menyusun strategi nasional percepatan pencegahan stunting. Berbagai program intervensi gizi dilakukan.

Upaya tersebut tentu perlu dievaluasi agar terukur tingkat keberhasilannya. Sebuah instrumen sebagai alat bantu evaluasi telah disusun berupa Indeks Khusus Penanganan Stunting (IKPS).

Halaman:

Editor: Oktavianus Seldy Berek


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah