Stunting Masih Merupakan Masalah di Nusa Tenggara Timur

- 13 Mei 2022, 09:56 WIB
Maria Yenilodia Nahak
Maria Yenilodia Nahak /Mahasiswa Unair/Asal Malaka-NTT

Sebanyak lima di antara 15 kabupaten di NTT itu, masuk 10 besar daerah dengan angka prevalensi kekerdilan tertinggi di Indonesia dari 246 kabupaten/kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan kekerdilan.

Kelima kabupaten tersebut, Timor Tengah Selatan peringkat pertama, Timor Tengah Utara peringkat kedua, Alor peringkat kelima, Sumba Barat Daya peringkat keenam, dan Manggarai Timur peringkat kedelapan.

Data BKKBN Nasional

BKKBN menyebutkan tujuh kabupaten/kota kategori kuning dengan angka kekerdilan antara 20-30 persen, di antaranya Ngada, Sumba Timur, Nagekeo, Ende, Sikka, Kota Kupang, serta Flores Timur.

Baca Juga: Nama Ira Ua alias IU istri dari Randi Badjide Menjadi Bahan Pergunjingan Publik, Adhitya: Harus Lebih Bijak

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy pernah menyampaikan bahwa peringkat stunting Indonesia di tingkat global cukup memprihatinkan. Dari 151 negara di dunia,  Indonesia berada pada posisi 115 dalam permasalahan stunting. Ini ada permasalahan yang harus diatasi.

Stunting terjadi karena permasalahan Kekurangan Gizi Kronis yang dialami oleh bayi sampai berumur 2 tahun.

Baca Juga: Kalahkan Elche, Atletico Madrid Naik ke Peringkat Ketiga Liga Spanyol

Akibatnya, kekurangan gizi dan terserang infeksi berulang selama 1.000 hari pertama kehidupannya, maka bayi tersebut dapat mengalami stunting.

Faktor lain yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada Ibu,Kehamilan Remaja,Gangguan mental pada ibu,jarak kelahiran yang dekat,rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan serta sanitasi yang buruk.

Halaman:

Editor: Oktavianus Seldy Berek


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah