Hari Kartini 21 April, Sejarah Perjuangan Emansipasi Perempuan

- 21 April 2022, 07:36 WIB
Twibbon tema Hari Kartini 21 April 2022
Twibbon tema Hari Kartini 21 April 2022 /Tangkapan layar Twibbonize/kanalmu

VOX TIMOR - Masyarakat Indonesia, 21 April 2022, memperingati Hari Kartini . Berkat Kartini, perempuan bukan lagi sosok yang hanya berdiam di rumah, mengurus suami dan anak.

 Perempuan Indonesia bisa menjadi apa pun dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Kartini adalah pejuang emansipasi kaum perempuan. 

Baca Juga: Kumpulan Kata Mutiara Hari Kartini, Dapat Dibagikan di Facebook, WhatsApp dan Instagram

Jasanya membuat para perempuan Indonesia kini bisa mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, berpartisipasi dalam kursi pemerintahan, atau bekerja dengan profesi tinggi dan kedudukannya setara dengan laki-laki.

Baca Juga: Ramalan Zodiak, Kamis 21 April 2022, Gemini Jangan Sombong!

Untuk menghormati dan mengingat perjuangan serta jasa Kartini, pemerintah kemudian menetapkan Hari Kartini setiap 21 April.

Baca Juga: R.A Kartini, Biografi Singkat Riwayat Pendidikan hingga Keturuannya

Hari Kartini mulai diselenggarakan sejak ditetapkan pada masa pemerintahan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno lewat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. 

Baca Juga: Oknum Anggota Polres Wonogiri Dikabarkan Ditembak Oknum Anggota Resmob Polresta Solo

Keputusan tersebut bersamaan dengan ditetapkannya Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Indonesia.

Baca Juga: Pemerintah Modifikasi Mobilitas Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah Tahun 2022

Selain itu, pemilihan 21 April sebagai Hari Kartini juga karena tanggal tersebut adalah hari kelahiran Kartini, yang jatuh pada 21 April 1879.

Baca Juga: Kamis 21 April 2022, Pemilik Ramalan Zodiak Aries, Taurus dan Gemini Akan Mendapat Keuntungan

Dikutip dari jurnal "R.A Kartini: Emansipator Indonesia Awal Abad 20", Raden Ajeng Kartini atau bernama asli Raden Ayu Kartini merupakan anak pasangan RMAA Sosroningrat dan M.A Ngasirah. 

Baca Juga: Guna Hindari Penumpukan Arus Kendaraan, Menhub Ajak Masyarakat untuk Mudik Lebih Awal

Ayahnya merupakan Bupati Jepara, seorang priyayi dan aristokrat. Sosroningrat dikenal sebagai bupati yang intelek dan pandai berbahasa Belanda. 

Baca Juga: Oknum Anggota Polres Wonogiri Dikabarkan Ditembak Oknum Anggota Resmob Polresta Solo

Kemampuan bahasa Belanda itu kemudian menurun pada Kartini. Dia belajar secara otodidak dan mulai menulis surat dengan sahabat pena yang berasal dari Belanda.

Baca Juga: Aksi 21 April 2022 Bawa Isu ‘Rezim Jokowi-Maaruf Amin Gagal Mensejahterakan Rakyat’, Ini 10 Tuntutannya

Kartini juga gemar membaca. Salah satu buku bacaannya adalah buku berbahasa Belanda, seperti De Stille Kraacht karya Louis Coperus dan Die Waffen Nieder karya Berta von Suttner. 

Baca Juga: Scorpio Bekerja Aktif, Bisnis Virgo Semakin Bagus, Itulah Ramalan Zodiak Kamis, 21 April 2022

Bacaan-bacaan itulah yang menumbuhkan pemikiran ala perempuan Eropa yang maju pada diri Kartini. Sementara di Indonesia, pada saat itu, status sosial perempuan masih dipandang rendah.

Baca Juga: Aksi 21 April 2022 Bawa Isu ‘Rezim Jokowi-Maaruf Amin Gagal Mensejahterakan Rakyat’, Ini 10 Tuntutannya

Sayangnya, Kartini sama seperti perempuan pribumi yang malang tersebut. Setelah lulus dari Europeesche Lagere School, Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi. 

Baca Juga: Pilpres Timor Leste, Ramos Horta Menang Telak Berdasarkan Quick Count Data LUSA

Namun keinginan itu sirna setelah orang tuanya menentang. Kartini lalu dipingit selama bertahun-tahun dan baru benar-benar diperbolehkan keluar pada 1898.

Baca Juga: Besok, 21 April 2022 BEM UI Demo di Patung Kuda, Ini Tuntutannya

Awal perjuangan Kartini dimulai saat dia mendirikan sekolah khusus putri di Jepara. Di sekolah tersebut, mereka diajarkan cara menjahit, menyulam, dan memasak.

Baca Juga: Jokowi: Minyak Goreng Belum Sesuai HET, Artinya Ada Permainan

Kartini juga kerap menuliskan surat untuk temannya di Belanda bernama Rosa Abendanon, yang berisikan keinginannya untuk menaikkan derajat wanita Indonesia. 

Baca Juga: Anak-anak dan Remaja Boleh Mudik Tanpa PCR dan Antigen, Asalkan Penuhi Syarat Ini

Kartini bahkan bercita-cita untuk menjadi seorang guru, meski keinginan tersebut tak pernah terwujud karena dia harus menikah dengan Raden Adipati Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.

Baca Juga: Scorpio Bekerja Aktif, Bisnis Virgo Semakin Bagus, Itulah Ramalan Zodiak Kamis, 21 April 2022

Suami Kartini sangat mendukung cita-citanya. Kartini diizinkan membangun sebuah sekolah khusus putri di Rembang (sekarang jadi Gedung Pramuka). 

Baca Juga: PAN Akan Laporkan Ade Armando dan Muannas Alaidid dengan Pasal Berbeda

Sebelum Kartini sempat melihat buah dari perjuangannya, dia mengembuskan napas terakhir setelah melahirkan putranya bernama Soesalit Djojoadhiningrat pada 13 September 1904.

 Kartini meninggal empat hari setelah melahirkan, tepatnya pada 17 September 1904. Jasad Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang.

Baca Juga: Daftar Merek Minyak Goreng Perusahaan yang Terlibat Dugaan Suap Ekspor CPO

Untuk mengenang sosoknya sebagai pahlawan emansipasi, didirikanlah Sekolah Kartini di berbagai daerah, seperti di Semarang, Malang, Yogyakarta, Madiun, dan Cirebon.

Surat-surat yang Kartini kirimkan pada para sahabat penanya di Belanda dikumpulkan dan dibuat menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. ***

Editor: Emanuel Dile Bataona

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah