Momentum Hari Ibu : Perjuangan Maria Ulfah Soebadio untuk Wanita Indonesia

- 20 Desember 2022, 14:59 WIB
Maria Ulfah Soebadio
Maria Ulfah Soebadio /Bojes seran/Istimewa

Dari waktu ke waktu bermunculan sosok, organisasi dan langkah kongkrit baru dalam meneruskan perjuangan.

Dan salah satu dari sekian banyak sosok sentral wanita Indonesia itu adalah Maria Ulfah Soebadio. Seorang menteri dengan gigih memperjuangkan hak dan kepentingan wanita yang pernah dimiliki Indonesia.

Terlahir dari Keluarga Kalangan Atas

Maria Ulfah Soebadio lahir di Serang, Banten pada 18 Agustus 1911. Ayahnya adalah Raden Mochammad Ahmad, seorang priyayi di daerahnya. Latar belakang keluarga priyayi memungkinkannya untuk mengenyam pendidikan tinggi hingga ke negeri Belanda. Suatu prestise besar kala itu, mengingat mengenyam pendidikan adalah hal yang mungkin mustahil bagi rakyat pribumi.

Setelah tamat HBS (atau setingkat SMA sekarang) tahun 1929, dia hijrah ke Universitas Leiden, Belanda untuk belajar ilmu hukum. Pendidikan Maria Ulfah yang akrab disapa Itje itu pun berjalan mulus karena latar belakang keluarganya. Sang ayah, menginginkan agar Itje dapat mendalami ilmu kedokteran.

Namun, dia lebih tertarik memilih jurusan hukum berdasarkan pandangan dan pengalamannya melihat perempuan Indonesia diperlakukan tidak adil, dicerai tidak boleh protes di Pengadilan. Dengan belajar ilmu hukum dia meyakini bahwa semua itu perlu diperbaiki, setidaknya dari segi tatanan hukum.

Baca Juga: Berikut Prediksi Laga Perdana Kamboja vs Filipina Piala AFF 2022

Di Belanda Itje tinggal bersama ayah dan kedua adiknya. Tidak hanya berurusan dengan akademik, dirinya juga aktif dalam berorganisasi dalam perhimpunan mahasiswa Leiden (Vereeniging van Vrouwelijke Studenten Leiden/VVSL). 

Disana pula dia bertemu dengan para tokoh pergerakan Indonesia, seperti Agus Salim, Bung Hatta, dan Sjahrir. Dari ketiga tokoh ini yang memiliki pengaruh besar dalam pandangan dan pemikiran ideologisnya adalah Sjahrir.

Masa studi di Universitas Leiden berhasil diselesaikannya selama empat tahun (1929-1933). Itje menyabet gelar meester in de rechten (Mr.) atau sarjana hukum di usia 21 tahun 10 bulan. Pencapaian ini adalah luar biasa saat kala itu. Prestasi dan capaian Itje tersebut serta bayangan keluarga priyayi tidak membuatnya terlena dalam pujian. Dia pun bersiap untuk kembali ke tanah air untuk memperjuangkan cita-citanya.

Halaman:

Editor: Bojes Seran

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah