Kepala Dinas PPO Matim Sebut Kurikulum Merdeka Bantu Anak Temukan 'Ruang'

- 17 Maret 2022, 18:19 WIB
Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Manggarai Timur, Basilius Teto saat ditemui VOX TIMOR diruang kerjanya, Kamis, 17 Maret 2022
Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Manggarai Timur, Basilius Teto saat ditemui VOX TIMOR diruang kerjanya, Kamis, 17 Maret 2022 /Bojes Seran Vox Timor/

VOX TIMOR - Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Manggarai Timur, Basilius Teto menyebut esensi dari Kurikulum Merdeka adalah menciptakan ruang bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang sesuai fitrah dan keunikannya masing-masing. Kurikulum itu akan membantu anak dalam menemukan "ruang"-nya.

"Karena setiap manusia tidak ada produk gagal dari Tuhan, dan setiap manusia punya keistimewaan dan punya ‘ruang’ masing-masing yang disediakan secara fitrah. Dan tugas kita adalah membantu anak menemukan ‘ruang’ yang sudah disediakan dalam kehidupan. Sehingga tidak ada anak yang tidak punya tempat dalam kehidupan,” ujar dia saat ditemui VOX Timor.com di Ruang kerjanya, Kamis, 17 Maret 2022.

Dia mengatakan, sebelumnya, ketika mendengar kata "kurikulum, yang terlintas di benah para guru adalah administrasi rumit, bertele-tele, belenggu, dan seolah-olah tidak ada alternatif.

Baca Juga: 28.787 Orang Sembuh dari Covid-19 Hari Ini, Jabar Tertinggi 8.517 orang

Dimana semua anak dapat materi sama dengan cara sama, pengalaman belajar, dan sumber belajar yang sama, penilaian yang sama, yang seakan hanya mengakomodasi sebagian kecil anak yang cocok dengan cara seperti itu.

“Kurikulum adalah sebuah proses, iklim, suasana, budaya belajar yang memanusiakan manusia. Kita harus lihat kurikulum dari situ. Sehingga, tidak hanya kemampuan atau pengetahuan siswa saja yang dikedepankan oleh guru. Mari para guru kita bergerak bersama menyentuh hati peserta didik kita,” kata dia.

Baca Juga: Update Covid-19 per 17 Maret 2022: Bertambah 11.532 Kasus Positif

Dikatakannya dalam Kurikulum Merdeka guru diberi kebebasan untuk memilih format, pengalaman, dan materi esensial yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan dari sisi siswa, mereka punya ruang seluas mungkin untuk mengeksplorasi keunikan dirinya masing-masing.

“Jadi kalau dulu orang bilang biasanya ganti menteri ganti kurikulum, tapi ini sekarang ganti anak ganti kurikulum. Jadi semua anak punya ‘kurikulum’ sendiri-sendiri sebetulnya,” tambah dia.

Halaman:

Editor: Bojes Seran


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x