Membaca Bahasa Tubuh dan Kerendahan Hati Simon Nahak di Tengah Masyarakat

- 30 Maret 2023, 12:45 WIB
Bupati Malaka dan Ibu saat menghadiri peresmian Rumah Adat di Ikumuan, Besikama, Malaka Barat
Bupati Malaka dan Ibu saat menghadiri peresmian Rumah Adat di Ikumuan, Besikama, Malaka Barat /Herry.K/

Satu hal yang cukup menarik dan ini di luar perkiraan bahwa kerinduan masyarakat untuk bertemu Bupati Simon Nahak yakni mendengarkan bahasa-bahasa daerah yang khas dan unik.

“Saya mendapat pengakuan dari masyarakat, bahwa kerinduan bertemu dengan saya, untuk memastikan apakah bahasa ibu, dialek tetun saya masih kental atau sudah berubah. Jujur, walau 35 tahun berada di daerah orang bahkan saat-saat saya mengenyam pendidikan di luar Malaka, akan tetapi bahasa daerah saya, bahasa ibu saya masih sangat kental. Saya sangat fasih dengan bahasa ibu disertai joke-joke yang sangat dipahami,” katanya sambil tertawa renyah.

Kini, Bupati Simon yang terkenal dengan program SAKTI itu lagi ‘menenun’ sebuah kebersamaan dan persaudaraan bagi masyarakat.

Baca Juga: Argentina Bakal Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023

“Masyarakat Malaka itu harus bersatu. Dari silsilah dan hubungan turun temurun, masyarakat Malaka itu hanya satu. Tidak boleh ada pikiran untuk saling mencederai atau memisahkan. Karena hanya dengan persatuan itulah kita menjadi kuat. Kita kuat karena kita bersatu, kita bersatu maka kita kuat,” tegas Bupati Simon.

Berpegang pada prinsip kerendahan hati yang selalu ditunjukkan dengan bahasa tubuh, kapan dan di mana saja, Bupati Simon Nahak kini memiliki nilai jual sebagai Bupati Malaka yang sangat merakyat. Kedekatannya dengan siapa saja, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa tanpa memandang status sosial, menjadi kredit poin untuk terus melangkah.

“Orang tua telah mengajarkan nilai cinta dan kerendahan hati, yang hingga kini tetap saya pegang teguh untuk selalu melangkah, sambil tetap mensyukuri hidup ini. Karena yang paling inti dari masyarakat adalah saling menghargai dan saling mencintai sesuai istilah orang Malaka hafolin malu, hakneter malu, haktaek malu dan haklaran malu,” ungkap anak pertama dari 7 bersaudara pasangan almarhum Bapak Marselus Tae Kauk dan Mama Bernadetha Hoar.

Baca Juga: Beda Sikap Jokowi dan PDI Perjuangan Soal Piala Dunia U-20

Kini dengan kepala tegak dan komitmen yang kokoh, Bupati Simon Nahak terus melangkah untuk menuntaskan periode pertamanya sebagai Bupati Malaka.

“Saya selesaikan program Sakti periode pertama ini dulu. Sekarang kita bekerja dan sampai waktunya kita akan omong politik. Biarlah masyarakat yang menilainya,” tutup Bupati Simon Nahak, penulis satu-satunya buku Hukum Pidana Pajak Indonesia ini, sambil menunjukkan bahasa tubuh penuh dengan kerendahan hati.***

Halaman:

Editor: Oktavianus Seldy Berek


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x