KTT G20 di Bali Meninggalkan Luka Bagi Sejumlah Mahasiswa Asal Papua

18 November 2022, 10:36 WIB
Tangkapan Layar /Fanspage Aliansi Mahasiswa Papua/

VOX TIMOR - Pemerintah Indonesia telah menuntaskan tugas sebagai Presidensi G20 dengan menutup KTT G20 di Nusa Dua, Bali pada Rabu, 16 November 2022.

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada India selaku Presidensi G20 berikutnya.

Meski sukes telah menuntaskan tugas sebagai Presidensi G20 dengan menutup KTT G20 di Nusa Dua, Bali pada Rabu, 16 November 2022. KTT G20 2022 di Bali meninggalkan luka bagi sejumlah Mahasiswa asal Papua.

Baca Juga: Untuk Anak Malaka, Cek Pengumuman Seleksi Administrasi PPPK Guru 2022 di Link Ini

Mereka adalah mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali digebuki kelompok massa hingga aparat di Denpasar, Bali, Rabu pagi 16 November 2022 lalu.

Puluhan mahasiswa Papua yang dipukul mundur akhirnya masuk ke Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Yeh Aya Nomor 52, Denpasar. Sampai sore, mereka masih dikepung, tak bisa keluar dari Asrama Papua.

Bentrok tersebut berawal saat AMP Bali melakukan aksi menentang perhelatan KTT G20, dan minta menentukan nasib sendiri atau kemerdekaan bagi bangsa West Papua (Papua Barat) yang di Indonesia masuk wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat.

Saat itu massa mahasiswa Papua sudah berbaris dan membentang spanduk serta mengangkat poster untuk menuju titik aksi di Konsulat Amerika di Jalan Hayam Wuruk, Renon, Denpasar.

Baca Juga: Anggota Polisi Pengamanan G20 di Bali Tewas, Ternyata Gegara Cewek MiChat

Ketua Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) Komite Kota Bali, Herry Meaga menjelaskan kronologi aksi yang berujung bentrok tersebut.

Dijelaskan, aksi dimulai dari Pukul 09.30 Wita. Saat itu Korlap mengarahkan massa aksi untuk menuju ke titik aksi.

"Sehingga massa aksi keluar dan berdiri berjejeran di pinggir jalan serta memegang poster/ tuntutan," kata Herry, sebagaimana dilansir dari berbagai sumber.

Akan tetapi, jelas Herry Meaga, sebelum mereka ke titik aksi di Konsultan Amerika, massa aksi langsung dihadang oleh gabungan dari pihak ormas reaksioner, pecalang dan aparat desa dalam jumlah banyak.

"Kemudian membungkam dan merepresi massa aksi serta meneriaki dengan kata-kata rasial," kata Herry Meaga.

Baca Juga: Jokowi Resmi Tutup KTT G20 2022 di Bali, Mendadak Serangan Rudal Nyarar ke Polandia

Lebih lanjut, Herry menjelaskan, sekitar Pukul 10.00 Wita, massa aksi dihadang dan dilempari dengan batu, kayu, botol dan ada beberapa ormas yang menggunakan ketapel China.

Karena kelompok penghadang lebih banyak, Herry Meaga menyatakan massa aksi tidak bisa membendung.

"Karena jumlah ormas semakin banyak dan terus mendorong serta memukul mundur kawan-kawan sehingga kawan korlap mengambil komando untuk mengarahkan kawan-kawan kembali masuk ke dalam Asrama," tuturnya. 

Karena situasi aksi semakin tidak kondusif, menurut Herry, pada Pukul 11.00 Wita korlap mengarahkan massa aksi, dilanjutkan dengan pembacaan pernyataan sikap.

Dia pun menjelaskan akibat kekerasan tersebut, sejumlah massa aksi mengalami luka-luka.

Herry Meaga menyebutkan setidaknya ada tujuh massa aksi yang mengalami luka-luka.

Baca Juga: Andalkan Kylian Mbappe, Prancis Favorit Juara di Piala Dunia 2022 Qatar

Antara lain massa aksi berinisial He kena pecahan yang dilempar oleh penghadang, Bo ujung telinganya robek, Ya kena peluru ketapel tepat di perut, Le kena pukulan yang menggunakan cincin duri pada bagian perut, An kena pukulan menggunakan bambu pada bagian wajah, dan We luka di bagian bibir.

Selain itu, dia menyatakan sejumlah perlengkapan aksi juga dirusak dan dirampas.

Antara lain sebuah AMP dirampas, megaphone diputuskan talinya, beberapa poster dirampas dan disobek, serta tali komando dirampas.***

 

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Oktavianus Seldy Berek

Tags

Terkini

Terpopuler