Kartini juga gemar membaca. Salah satu buku bacaannya adalah buku berbahasa Belanda, seperti De Stille Kraacht karya Louis Coperus dan Die Waffen Nieder karya Berta von Suttner.
Baca Juga: Scorpio Bekerja Aktif, Bisnis Virgo Semakin Bagus, Itulah Ramalan Zodiak Kamis, 21 April 2022
Bacaan-bacaan itulah yang menumbuhkan pemikiran ala perempuan Eropa yang maju pada diri Kartini. Sementara di Indonesia, pada saat itu, status sosial perempuan masih dipandang rendah.
Sayangnya, Kartini sama seperti perempuan pribumi yang malang tersebut. Setelah lulus dari Europeesche Lagere School, Kartini memiliki keinginan untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Baca Juga: Pilpres Timor Leste, Ramos Horta Menang Telak Berdasarkan Quick Count Data LUSA
Namun keinginan itu sirna setelah orang tuanya menentang. Kartini lalu dipingit selama bertahun-tahun dan baru benar-benar diperbolehkan keluar pada 1898.
Baca Juga: Besok, 21 April 2022 BEM UI Demo di Patung Kuda, Ini Tuntutannya
Awal perjuangan Kartini dimulai saat dia mendirikan sekolah khusus putri di Jepara. Di sekolah tersebut, mereka diajarkan cara menjahit, menyulam, dan memasak.