VOX TIMOR - Komnas HAM dan Komnas Perempuan kompak jualan isu dugaan pelecehan Putri Candrawathi yang disebut terjadi di Magelang.
Terlebih, Komnas perempuan menyebut Putri Candrawathi bukan dilecehkan tetapi diduga perkosa Putri Candrawathi.
Sayangnya kejujuran Putri Candrawathi terkait pelecehan yang dialaminya di Magelang, dibantah Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi.
Baca Juga: Karena Peduli Rakyat, DPD Partai Demokrat NTT Tolak Kenaikan BBM
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi menilai dugaan itu agak unik karena tak masuk akal.
Kabareskrim Komjen Pol Agus Andrianto, menegaskan pelecehan seksual yang dialami Putri Candrawathi sulit dibuktikan jika peristiwa di Magelang tidak didukung alat bukti.
Polisi kata dia bisa memproses jika kecukupan alat bukti sehingga ada olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk diambil bukti-bukti terkait kejadian tersebut.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Ferdinand Un Muti Terpilih Jadi Sekda Malaka, Begini Respon Bupati
Artinya sejak awal polisi tidak menemukan alat bukti yang cukup dalam kasus pelecehan seksual yang terus digaungkan Komnas HAM dan Komnas Perempuan.
Terpisah, Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban atau LPSK Edwin Partogi Pasaribu menyebut Putri Candrawathi sempat mengganti piyama dalam video awal yang beredara, tapi itu tidak ditampilkan dalam adegan rekonstruksi pembunuhan.
Baik rekonstruksi di rumah kediaman pribadi Ferdy Sambo di Jalan Saguling, maupun di rumah dinasnya di Duren Tiga.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Ferdinand Un Muti Terpilih Jadi Sekda Malaka, Begini Respon Bupati
Hingga akhirnya muncul dugaan bahwa Putri Candrawathi sengaja mengganti pakaian dengan piyama untuk memperkuat alibi dirinya sebagai korban pelecehan seksual oleh Brigadir J.
Piyama itu disiapkan untuk konstruksi bahwa terjadi kekerasan seksual di Duren Tiga.
Edwin ikut reka ulang 30 Agustus lalu sebagai perwakilan LPSK yang mendampingi Richard Eliezer. Richard adalah penerima status justice collaborator LPSK.
Ditambahkannya, Putri Candrawathi telah mengetahui nasib Yosua karena keberangkatan dari rumah di Saguling ke Duren Tiga dalam rangka menjalankan rencana.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Ferdinand Un Muti Terpilih Jadi Sekda Malaka, Begini Respon Bupati
Apalagi, insiden berdarah penembakan Brigadir Yosua yang dilakukannya atas perintah Ferdy Sambo di Duren Tiga pada Jumat sore 8 Agustus 2022 itu.
Di luar rekonstruksi yang telah dilakukan Bareskrim Polri pada Selasa 29 Agustus 2022, ada cerita yang cukup mengejutkan.
Ini didapat dari Deolipa Yumara mantan pengacara Bharada E. Soal kebenaran cerita ini masih bisa diperdebatkan.
Baca Juga: BREAKING NEWS: Ferdinand Un Muti Terpilih Jadi Sekda Malaka, Begini Respon Bupati
Sebab Polisi tidak pernah menceritakan pangkal urusan Kuat Ma’ruf mengancam Brigadir J sampai saat ini.
Deolipa Yumara menyebut ada insiden ‘main gendong’ antara bawahan dengan atasan. Siapa yang dimaksud atasan dan bawahan itu?
Pernyataan yang ditujukan ke Deolipa Yumara mengarah pada Putri Candrawathi dengan Kuat Ma'ruf sang sopir atau sosok yang paling dekat dengan keluarga Ferdy Sambo.
Ilustrasi dari Deolipa Yumara ini cukup bisa menjadi catatan Kepolisian, bahwa peristiwa itu dilatarbelakangi adanya fitnah yang menimbulkan kemarahan Ferdy Sambo terhadap Brigadir J yang dituduh melakukan pelecehan terhadap Putri Candrawathi.***