Kantongi Identitas Mafia Minyak Goreng, Mendag: Keadaannya Sudah Sangat Kritis

- 18 Maret 2022, 07:39 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad  Lutfi saat meninjau ketersediaan minyak goreng dan akhirnya mengakui adanya mafia.
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi saat meninjau ketersediaan minyak goreng dan akhirnya mengakui adanya mafia. /Foto: Dok Kemendag/

Vox Timor - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengaku telah mengantongi data mafia minyak goreng di Tanah Air.

Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR dengan Menteri Perdagangan pada Kamis, 17 Maret 2022.

"Sementara ini kita mempunyai datanya, tetapi sekarang lagi diperiksa oleh Satgas Pangan, tetapi keadaannya sudah menjadi sangat kritis dan ketegangan yang mendesak," tutur Muhammad Lutfi.

Baca Juga: Emak-emak Rela Antri Demi Dapatkan Minyak Goreng, Megawati: Apa Tak Bisa Masak dengan Cara Direbus?

"Oleh sebab itu, beberapa measure (ukuran) mesti kita kerjakan, tetapi ketika perbedaannya waktu kita desain perbedaannya Rp2.300 loncat menjadi Rp9.000, ini memang tidak bisa dikesampingkan sifat dari manusia yang rakus yang jahat," ujarnya menambahkan.

Baca Juga: Jadwal Acara TV yang Tayang Hari Ini Jumat 18 Maret 2022 di SCTV, Ada Love Story The Series

Muhammad Lutfi pun menegaskan bahwa untuk memberantas mafia-mafia tersebut, Polisi melalui Satgas Pangan harus bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan.

"Oleh sebab itu, di kemudian hari, saya mintakan kepada Satgas Pangan untuk melawan orang-orang, mafia-mafia yang rakus dan jahat ini kita mesti bersama-sama untuk kita kerjakan," ucapnya.

Baca Juga: Komentator MotoGP Cilik asal NTT Bertemu Pembalap Ducati, Sandiaga Uno Ikut Happy

Muhammad Lutfi mengatakan bahwa secara teori, pasokan minyak goreng seharusnya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Dengan dijalankannya kebijakan DMO dan DPO, Kemendag berhasil mengumpulkan sebanyak 720.612 ton, dan sebanyak 551.069 ton atau setara 570 juta liter telah didistribusikan dalam kurun waktu kurang lebih sebulan terakhir.

Baca Juga: Patahkan Ocehan Farhat Abbas, Nia Daniaty Bantah Gadai Rumah

Sayangnya, fakta di lapangan berkata lain, karena Muhammad Lutfi mengaku dari aksi blusukannya, kerap mendapati pasar dan supermarket tak memiliki minyak goreng.

Dia kemudian menyebut adanya indikasi pelaku mafia yang bermain di balik raibnya stok.

Baca Juga: Patahkan Ocehan Farhat Abbas, Nia Daniaty Bantah Gadai Rumah

"Spekulasi kita, deduksi kami adalah ini ada orang-orang yang mendapat, mengambil kesempatan di dalam kesempitan," ucap Muhammad Lutfi.

"Ini 3 kota ini satu industri ada di sana, kedua ada pelabuhan. Jadi kalau ini keluarnya dari pelabuhan rakyat, satu tongkang bisa 1 juta liter, dikali Rp7.000, Rp8.000, ini uangnya Rp8 sampai Rp9 miliar," tuturnya menambahkan.

Baca Juga: Nia Daniaty Gadai Rumah, Farhat Abbas: Selama Ini Saya yang Rawat

Muhammad Lutfi pun menegaskan pihaknya tidak bisa melawan penyimpangan yang terjadi.

"Kementerian perdagangan tidak bisa melawan penyimpangan-penyimpangan tersebut," ujarnya.

Baca Juga: Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi di Labuan Bajo, Kapolda NTT Minta Para Kapolres Percepat Vaksinasi Tahap Dua

"Jadi saya ambil, begitu kita bicara dengan satgas Pangan pertama kali, yang dipunyai oleh Kementerian Perdagangan Pasalnya ada dua, yaitu UU Nomor 7 dan UU Nomor 8, tetapi cangkokannya itu kurang untuk bisa mendapatkan daripada mafia-mafia dan spekulan-spekulan itu," kata Muhammad Lutfi.

Oleh karena itu, dia mengungkapkan terjadi sejumlah kemiringan karena adanya kecurangan dalam praktik minyak goreng tersebut.

Baca Juga: Galatasaray Hadapi Barcelona Pagi Ini, Istanbul Jadi Panggung Penentuan Menuju Perempat Final Liga Europa

"Jadi yang terjadi adalah ketika kebanyakan daripada minyak ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, makanya terjadilah kemiringan-kemiringan tersebut," tutur Muhammad Lutfi.

Dia pun meminta maaf karena Kementeriannya tidak bisa mengontrol sifat-sifat jahat mafia minyak goreng tersebut.

Baca Juga: 28.787 Orang Sembuh dari Covid-19 Hari Ini, Jabar Tertinggi 8.517 orang

"Jadi pelajaran yang kami dapat dari sini adalah ketika harga berbeda melawan pasar segitu tinggi, dengan permohonan maaf Kementerian Perdagangan tidak dapat mengontrol, karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat," kata Muhammad Lutfi.***

Editor: Emanuel Dile Bataona

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah