Vox Timor - Kisah indah tentang toleransi antar agama datang dari pengungsi muslim Ukraina yang kabur ke Rumania.
Kisah tersebut diceritakan oleh seorang muslim asal Sudan yang merantau ke Ukraina bernama Qamar Mahadi.
Qamar terpaksa mengungsi bersama keluarga ke negeri orang akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Prakiraan Cuaca Hari Ini 3 April 2022, BMKG: Jabodetabek, Waspada Hujan Petir
Qamar lantas cerita soal sang putra yang tak berhenti menangis saat sehari sebelum ulang tahun kelimanya.
Anak Qamar tersebut takut saat mendengar suara alat pencukur karena mengingatkannya pada suasana perang.
"Dia tidak mau tidur, jadinya saya tidak bisa mencukur rambutnya," ungkap Qamar yang dilansir dari VICE pada Minggu 3 April 2022.
"Anak-anak saya mudah merasa takut sekarang," sambungnya.
Qamar awalnya merantau dari Sudan ke Ukraina dan menikah dengan sang kekasih hati di sana.
Qamar dan sang istri sudah hidup sebagai petani gandum di kota Mykolaiv selama 30 tahun.
Namun, Qamar terpaksa memboyong istri dan anak-anaknya yang masih kecil ke Rumania akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Qamar dan keluarga mencari perlindungan di bekas tempat penitipan anak yang menyatu dengan gereja paroki Ortodoks Rumania Brâncuși.
Baca Juga: Tenaga Honorer atau Teko Dihapus pada 2023, Tjahjo Kumolo: Rekrutmen Pegawai Honorer Sudah Dilarang
Pihak gereja berujar setidaknya ada 40 anak yang sudah datang untuk mencari perlindungan selama beberapa minggu terakhir.
"Ada 19 orang yang tinggal di sini," ungkap Diaken Gheorghe Anghel.
Baca Juga: Pemerintah Salurkan BLT Minyak Goreng, Berikut Kriteria Penerima dan Cara Mengecek
Di sisi lain, seorang nenek bernama Valentina tampak sedang serius membincangkan perihal perang bersama dua saudara perempuannya, Ekaterina dan Lara.
Mereka bertiga penganut agama Kristen Ortodoks dan datang dari kota yang menjadi salah satu pusat pariwisata di Ukraina bernama Odesa.
Baca Juga: Kabid HAM Kanwil Kemenkumham NTT Berkunjung ke Lapas Lembata, Berikut Agendanya
"Kami sangat dilindungi di sini. Kami yakin situasinya akan membaik karena orang-orang yang ada di sini turut mendoakan kami," tutur Ekaterina.
Para pengungsi juga merasa sangat terbantu secara spiritual. selain mendapat bantuan makanan, pakaian dan medis.
Gereja sengaja menggunakan uang hasil sumbangan dari lembaga amal serta dana yang biasanya dikumpulkan secara urunan demi menyediakan tempat perlindungan yang aman dan layak bagi para pengungsi Ukraina.***