Mitos dan Kutukan Piala Dunia yang Paling Terkenal

18 Desember 2022, 21:06 WIB
ilustrasi trophy piala dunia /bojes seran/

VOX TIMOR - Sejarah Piala Dunia bukan saja selalu berjalan linear dengan bisnis, olahraga dan hiburan. Piala Dunia yang selalu hiruk pikuk di layar kaca dan kini juga bising di jagat digital bahkan selalu direngkuh mitos-mitos. Sebagian besar di antara mitos itu nayatanya masih berlanjut membayang-bayangi Piala Dunia Qatar 2022.

 

Sampai hari ini sebagian besar 'kutukan' yang melekat pada pesta sepak bola terakbar di planet ini belum pernah dipatahkan.

Berikut enam mitos Piala Dunia yang paling terkenal sepanjang sejarah.

 

1. Negara Eropa tak akan menang di benua Amerika

Salah satu mitos Piala Dunia yang sempat bertahan panjang adalah mitos negara Eropa tak akan menjadi juara jika Piala Dunia jika digelar di benua Amerika.

Mitos ini setidaknya sempat bertahan dalam empat kali final Piala Dunia.

Sejarah Piala Dunia mencatat, Piala Dunia 1962 di Chili menjadi yang pertama kalinya, Cekoslovakia ditekuk Brasil dengan skor 3-1.

Orang-orang lalu menyebutnya sebagai kutukan saat Piala Dunia 1970 dan 1978. Meksiko bertindak sebagai tuan rumah. Italia lolos ke final melawan Brasil. Negara Eropa itu ditaklukkan Brasil dengan skor 4-1.

Selanjutnya, ada kutukan atau mitos juga untuk pelatih asing di Piala Dunia. Disebut, pelatih asing takkan pernah bisa membawa timnya menjadi juara Piala Dunia.

Mitos ini pun sudah berlaku sejak 1930. Negara yang menjadi juara Piala Dunia pasti ditangani oleh pelatih dari negaranya sendiri. Hal itu pun berlaku pada edisi lalu, yakni Piala Dunia 2018, di mana Timnas Prancis dilatih oleh Didier Deschamps.

Pada Piala Dunia 2022 sendiri, cukup banyak tim yang ditangani oleh pelatih asing. Beberapa di antaranya adalah Belgia dan Meksiko yang ditangani pelatih asing.

 
 

2. Timnas Inggris tidak akan Juara Piala Dunia lagi

 

Kutukan ini datang pada 1966. Saat itu Timnas Inggris sukses menjadi juara Piala Dunia usai mengalahkan Jerman Barat di final.

Laga sengit terjadi  sehingga laga harus dilanjutkan ke babak tambahan waktu lantaran skor 2-2 tidak berubah hingga waktu normal pertandingan.

Di babak tambahan waktu, Inggris pun sukses mencetak dua gol tambahan sehingga memastikan diri meraih gelar juara Piala Dunia 1966.

Namun, ada kejadian kontroversial dalam kemenangan Inggris itu, di mana satu gol dari Geoff Hurst dinilai tak melewati garis gawang.

 
 

Usai laga, Jerman Barat yang merasa dirugikan pun disebut mengucap kutukan. Mereka mengutuk Inggris agar tak pernah juara Piala Dunia lagi. Sampai saat ini, Inggris pun belum pernah menjadi juara Piala Dunia lagi.

 

Dikutip dari Sportsmax.tv pada 13 November 2022, Harry Kane percaya Inggris tidak lagi takut untuk mengakui bahwa mereka dapat memenangkan Piala Dunia, di mana menurutnya penampilan buruk The Three Lions mungkin menguntungkan mereka.

Sisi Gareth Southgate mencapai semifinal Piala Dunia 2018 dan kalah adu penalti dari Italia dalam pameran Euro 2020 yang merupakan final besar pertama Inggris dalam 55 tahun.

 
 

Tetapi mereka menuju ke Qatar untuk Piala Dunia 2022 dengan penampilan yang kurang bagus setelah terdegradasi dari tingkat teratas Liga Bangsa-Bangsa menyusul tiga hasil imbang dan tiga kekalahan di Grup A.

Dikutip dari Theanalyst.com, empat tahun lalu Inggris menyamai hasil terbaik mereka di Piala Dunia dengan finis di tempat keempat, meski entah bagaimana berhasil kalah dari Belgia dua kali di turnamen yang sama.

Inggris bahkan tidak bisa bermain di Piala Dunia 1994 jadi 2022 merupakan peningkatan mereka. Faktanya, Inggris tidak pernah melewati perempat final di Piala Dunia diadakan di luar Eropa.

Delapan besar di Meksiko 1970 dan 1986, bersama dengan Jepang/Korea pada tahun 2002 adalah yang terbaik yang pernah dilakukan Three Lions di luar benua asal mereka, dan menuju edisi 2022 dalam kondisi yang 'seram'.

3. Peringkat 1 FIFA tidak akan pernah juara Piala Dunia

Mitos yang hingga saat ini juga masih menjadi hantu adalah mitos tim peringkat 1 FIFA tidak akan pernah juara Piala Dunia.

Faktanya, hal itu pun benar kerap terjadi di Piala Dunia sejak 1950.

Pada Piala Dunia edisi sebelumnya, yakni 2018, tim ranking 1 FIFA, yakni Timnas Jerman, gagal menjadi juara. Gelar juara diraih oleh Timnas Prancis.

 

Pada 2014, Spanyol menduduki posisi 1 di ranking FIFA. Namun, mereka gagal menjadi juara. Pada 2010 pun, Brasil yang duduk di ranking 1 FIFA gagal menjadi juara. Gelar juara diraih Spanyol saat itu.

4. Juara Bertahan Piala Dunia

Juara Piala Dunia edisi sebelumnya takkan pernah juara di edisi berikutnya?

 

Kutukan itu sudah berlangsung sejak 1998. Pada Piala Dunia 2018 pun, Jerman gagal mempertahankan gelar juaranya. Mereka bahkan harus menderita karena tersingkir di babak penyisihan grup.

 

Akankah di Piala Dunia 2022 ini kutukan tersebut kembali terjadi?

 
 

Sangat menarik menyaksikan penampilan Timnas Prancis dalam usaha mempertahankan gelar juaranya pada tahun ini.

5. Juara Piala Konfederasi

 

Selain kutukan juara bertahan, kutukan lain juga menghantui Juara Piala Konfederasi.

Jerman dihantui kutukan juara Piala Konfederasi. Sejak pertama kali digelar, juara Piala Konfederasi tidak pernah bisa menjadi juara di Piala Dunia

Brasil yang juara Piala Konfederas tahun 1997, 2005, 2009, dan 2013 gagal menjadi juara Piala Dunia 1998, 2006, 2010, dan 2014.

Nasib serupa dialami Prancis yang gagal juara di Piala Dunia 2002.

6. Penjaga Gawang Brasil

Brasil juga mempunyai mitos lain di Piala Dunia.

 

Menurut mitos, Brasil tidak pernah juara jika kiper utama mereka berkulit hitam.

 

Dan satu lagi, Brasil tidak pernah juara Piala Dunia, saat mereka sedang menjadi tuan rumah.***

Editor: Bojes Seran

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler