VOX TIMOR - Sejumlah pemimpin Gereja Katolik Filipina mengkritik Maid in Malacanang.
Film yang menggambarkan 72 jam terakhir kekuasaan Ferdinand Marcos pada tahun 1986, dengan menyebutnya sebagai upaya merevisi sejarah.
Imee Marcos, senator dan putri tertua mendiang diktator Ferdinand E Marcos Sr, terlibat dalam produksi film biografi yang disutradarai Darryl Yap.
Baca Juga: Tahun 2023 Tenaga Honorer Resmi Dihapus, Inilah Syarat Tenaga Honorer Bisa Diangkat Jadi PPPK
Film berkisah tentang kehidupan di dalam rumah tangga presiden sesuai kesaksian tiga pelayan setia selama People Power.
Uskup Geraldo Alminaza, dari San Carlos di Filipina tengah, menyebut film itu 'tidak tahu malu', dan menuntut agar orang-orang di baliknya menyatakan permintaan maaf.
"Produser, penulis naskah, sutradara, dan mereka yang mempromosikan film itu, harus minta maaf secara terbuka kepada biarawati Karmelit, keluarga mantan presiden Corazon Aquino, dan rakyat Filipina," kata Alminaza dalam pernyataan yan diposting di situs Konferensi Waligereja Katolik, Rabu lalu.
Baca Juga: Ahok Membangun Bangun, Anies Kerjaannya Cuma Mengubah Namanya
Alminaza juga bereaksi keras terhadap adegan yang menggambarkan biarawati Biara Karmelit di Cebu bermain mahjong dengan Cory Aquino pada malam revolusi damai yang menggulingkan Marcos Sr.