Vox Timor - Ditengah Perang Rusia dan Ukraina, Iran mengumumkan pihaknya berhasil meluncurkan sebuah satelit militer ke orbit di luar angkasa.
Peluncuran satelit dilakukan saat perundingan untuk membangkitkan kesepakatan nuklir tahun 2015 antara Iran dan negara-negara kekuatan dunia mencapai tahap kritis.
“Satelit militer kedua Iran — bernama Nour-2 — telah diluncurkan ke luar angkasa dengan roket Qassed dari sayap dirgantara Garda Revolusi dan secara sukses ditempatkan di orbit berjarak 500 kilometer di atas Bumi,” demikian dilaporkan kantor berita IRNA, seperti dikutip Vox Timor dari ANTARA Selasa 8 Maret 2022.
Baca Juga: Isu Reshuffle Muncul Lagi, PAN Berpeluang Dapat Kursi Menteri
Garda Revolusi Iran, dalam pernyataan via situs Sepah News, menggambarkan satelit Nour-2 sebagai ‘satelit pengintai’.
Iran diketahui berhasil menempatkan satelit militer pertamanya ke orbit pada April 2020, yang memicu teguran keras dari Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Angelina Sondakh Minta Maaf Putuskan Berhijab, Sang Ayah: Tuhan Yesus Mengasihi Saya
Sepah News dalam laporannya pada Selasa 8 Maret 2022 waktu setempat menyebut satelit Nour-1 ‘masih beroperasi secara penuh dan mengirimkan data’.
AS berulang kali menyuarakan kekhawatiran bahwa peluncuran semacam itu bisa meningkatkan teknologi rudal balistik Iran. Namun Iran bersikeras menyatakan tidak berniat mengupayakan senjata nuklir. Ditegaskan juga bahwa peluncuran satelit dan roket Iran hanya untuk tujuan sipil atau pertahanan.
Baca Juga: Jakarta Turun ke PPKM Level 2, Pemprov DKI Belum Putuskan Pembelajaran Tatap Muka 100 Persen
Pada akhir Desember tahun lalu, Iran mengumumkan kegagalan menempatkan ‘tiga kargo penelitian’ ke orbit, menggunakan pembawa satelit Simorgh. Peluncuran itu gagal karena roket pendorong tidak mampu mencapai kecepatan yang diperlukan.
Pada Januari, Iran mengklaim telah menguji coba roket berbahan bakar solid untuk program satelitnya.
Baca Juga: Kasus Medium Term Note Bank NTT, Segera Ditindaklanjuti Penyidik
Sementara itu, negara-negara kekuatan dunia yang terlibat dalam perundingan untuk membawa kembali AS ke dalam kesepakatan nuklir Iran, menyatakan kesepakatan sudah dekat.
Pada Sabtu 5 Maret 2022 lalu, Iran dan pemantau nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyepakati pendekatan untuk menyelesaikan masalah utama yang belum terselesaikan, namun tuntutan baru Rusia terkait krisis Ukraina mungkin memicu penundaan.***